Review singkat 2022: Buku-buku dan genre baru

Tahun ini, saya menuntaskan total 23 buku bacaan dari target saya yaitu 30 buku. Memang tidak memenuhi target sih, tapi saya bahagia karena bisa disiplin sedikit demi sedikit menyelipkan hobi membaca saya diantara kesibukan belajar dan kegiatan lain.

Selain itu, tahun ini saya banyak menemukan beberapa genre baru yang saya sukai. Pertama, ternyata saya suka baca novel hukum (terutama John Grisham). Rasanya semacam liburan dari dunia sains yang menjadi fokus belajar utama saya gitu, hehe. Yang kedua, saya baru menyadari kalau saya juga suka genre fantasi dan horror. Mungkin karena saya sudah lebih (uhuk-uhuk) dewasa, jadinya nggak begitu takut lagi baca novel-novel horror. Yah, itu adalah sebuah pencapaian bagi saya 🙂

Oke, berikut adalah review singkat bacaan 2022:

1. Orang-orang Bloomington (Budi Dharma)

Ada total 7 cerpen dalam buku ini. Semuanya ditulis dengan alur cerita yang bertempat di negara barat. Berikut adalah judul ketujuh cerpen:

– Laki-laki tua tanpa nama

– Joshua Karabish

– Keluarga M

– Orez

– Yorrick

– Ny. Elberhart

– Charles Lebourne

Jujur, saya agak lupa isi cerpen-cerpennya karena saya membacanya di awal tahun. Namun seingat saya, cerpen-cerpen Budi Dharma merupakan sesuatu yang sangat baru bagi saya. Saya nggak begitu terbiasa membaca karya penulis Indonesia, terutama genre sastra. Awalnya Mama yang merekomendasikan buku ini, tapi ternyata menarik juga.

2. The Catcher in the Rye (J.D. Salinger)

Ini adalah buku yang hanya saya baca ketika berada di luar rumah. Soalnya bukunya kecil sehinggga mudah dibawa. Jadi perlu waktu agak lama bagi saya untuk menyelesaikannya, wkwkwk.

Bukunya menceritakan tentang kisah seorang remaja laki-laki bernama Holden Caulfield yang kabur dari sekolah asramanya. Buset dah, dialognya penuh dengan kata-kata kasar dan makian. Serta sudut pandang si Holden ini pada dunia sangatlah negatif. Tapi banyak orang yang berkata bahwa novel ini begitu realistis menggambarkan perasaan anak lelaki di usia remaja. Yah, begitulah.

3. Guns, Germs and Steel (Jared Diamond)

Sebelum itu, saya mau bilang bahwa saya nggak menuntaskan membaca buku ini. Kenapa? Karena saya merasa nggak tahan kalau baca buku yang menceritakan tentang sejarah. Topiknya menarik sih, tapi entah kenapa, sejarah kelam manusia bukan hobi saya. Namun bukunya cukup bagus karena meringkas sejarah-sejarah tentang bagaimana umat manusia terbentuk karena guns (senjata dan perang), germs (pandemi & penyakit), dan steel (teknologi, alat).

4. The Girl Who Loved Tom Gordon (Stephen King)

Edisi paperback buku ini ditulis dalam bahasa Inggris. Karena baru pertama kali membaca karya Stephen King, saya agak bosan membacanya. Tapi menurut saya ceritanya oke-oke saja sih.

Oh iya, genrenya adalah psychological thriller. Jadi mengandung banyak unsur horror yang bikin merinding. Cuma entah kenapa, gaya penulisannya bukan favorit saya.

Untuk genre horror, penulis favorit saya tetap R. L. Stine, sang penulis seri Goosebumps.

5. The Stars Shine Down (Sidney Sheldon)

Yang ini genrenya adalah pop. Jadi sangat mudah dibaca dan alurnya juga cepat.

Ceritanya mengisahkan perjalanan Lara Cameron, seorang wanita muda yang meniti karir di bidang real estate, dunia yang biasanya hanya untuk laki-laki.

Kurang lebih, buku ini adalah favorit saya dari semua buku yang saya baca tahun ini.

6. Cafe Opera (Bondan Winarno)

Buku ini adalah kumpulan cerpen dengan genre sastra kedua yang saya baca setelah Orang-orang Bloomington. Saya sejak dulu tahu kalau punya buku ini. Namun baru sempat baca, karena ceritanya mengandung tema dan bahasa yang agak vulgar. Ceritanya menurut saya cukup oke.

7. Norwegian Wood (Haruki Murakami)

Jujur, saya agak kecewa setelah baca buku ini. Karena isinya tidak sebanding dengan apa yang saya bayangkan setelah mendengar banyak orang yang merekomendasikannya.

Buku ini ditulis pada tahun 1987. Alur ceritanya berlatar-belakang Jepang pada era tahun 1960-an. Tokoh utamanya seorang laki-laki usai 20-an bernama Toru Watanabe. Ceritanya mengisahkan hubungan Toru dengan dua gadis, yaitu Naoko dan Midori Kobayashi.

Buat sebuah buku yang dilabeli batas usia 15+, saya kaget karena buku ini banyak mengandung unsur vulgar daripada kebanyakan buku yang dilabeli 18+. Pendapat pribadi saya sih, bukunya agak mengecewakan. Nggak sesuai dengan hype-nya.

8. Theresa (Emile Zola)

Ini buku kedua yang lumayan mengecewakan saya. Alur ceritanya bikin saya bingung. Tapi maklumlah, saya baru pertama kali baca karya Emile Zola.

Bukunya sudah banyak berdebu. Dan walaupun begitu, kualitasnya masih lumayan bagus karena disampul. Kertasnya agak menguning sedikit, tapi itu hal yang wajar. Yang membuat saya tertarik membaca buku ini ketika mengobrak-abrik rak buku adalah karena sampulnya yang menarik (ya, saya telah melakukannya, menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja).

Dengan latar belakang negara Perancis, plot novel ini sangat baru dan membingungkan buat saya. Oh iya, genre buku ini adalah sastra.

9. The Broker (John Grisham)

Penghargaan penulis favorit saya tahun ini jatuh kepada John Grisham. Karena ayah saya punya banyak buku John Grisham, awalnya saya tak pernah tertarik dan hanya meliriknya saja. Namun, setelah tahun lalu baca The Firm, saya jadi ketagihan membaca lika-liku kehidupan pengacara dan gaya hidup mereka yang kadang-kadang bikin kesal . Namun, John Grisham selalu berhasil mengemas cerita-ceritanya dengan baik. Saya tahu kalau di review sebelumnya saya bilang kalau nggak begitu suka novel hukum. Yah, saya mengubah pikiran saya.

Oh iya, saya hampir lupa reviewnya. Buku ini berisi cerita tentang agen rahasia dan spy. Bahkan John Grisham sendiri mengaku ia tidak terbiasa menulis alur cerita seperti ini, karena keahlian beliau adalah hukum.

Spoiler: Mengandung lumayan banyak unsur dan bahasa Italia.

10. Everything is f***ed (Mark Manson)

Tak usahlah saya jelaskan judulnya. Namun buku ini adalah satu-satunya buku self-improvement yang saya baca di tahun 2022. Sebab, saya ingin “libur” dulu dari buku-buku dengan genre self-improvement.

Saya menemukan bukunya di perpustakaan daerah dengan kondisi masih baru sekali. Langsung saja saya meminjamnya untuk dibaca dirumah. Menurut saya bukunya oke-oke saja. 11/12 dengan buku Mark Manson satunya yang berjudul Sebuah Seni untuk Beriskap Bodo Amat (The Subtle Art of Not Giving a F***). Hanya saja, buku ini menceritakan tentang harapan dan emosi.

11. The Rainmaker (John Grisham)

Buku ini sudah di film-kan dengan bintang utama Matt Damon. Ceritanya mengandung banyak humor namun tetap serius dan lumayan realistis dibandingkan buku John Grisham yang lain. 10/10. Buku favorit kedua tahun ini setelah The Stars Shine Down. Saya suka humor. Kita semua sesekali perlu humor. Dunia perlu humor.

12. The King of Torts (John Grisham)

Karena kebanyakan baca karya John Grisham, saya hampir lupa buku ini isinya bagaimana (habis, judulnya diawali dengan “The” semua). Tapi, diantara semua buku-buku John Grisham yang saya baca tahun ini, buku inilah yang paling bikin kesal. Hehehe.


Itulah review singkat saya untuk buku-buku yang saya baca di tahun 2022. Terima kasih sudah membaca! 🙂

Sofia Kamila

10 Januari 2023 / 2022 年 11 月 5 日

Leave a Reply