Kategori
Artikel

Bahasa

Ada banyak hal yang ingin saya tulis mengenai bahasa. Saya memang senang belajar tentang bahasa. Karena hanya ini satu-satunya mata pelajaran yang tidak membuat saya stres dan pusing sendiri. Hehe.

Pengalaman Belajar Bahasa

Pengalaman belajar bahasa saya dimulai sejak saya kecil sekali. Dulu waktu masih kanak-kanak, orangtua saya memperbolehkan saya menonton TV asalkan menggunakan bahasa Inggris dan tidak di dubbing dalam bahasa Indonesia. Saya tidak paham tentu saja. Bayangkan anda mendengarkan seseorang berbicara dalam bahasa Navajo, kira-kira seperti itulah rasanya.

Pengalaman belajar bahasa Inggris saya yang benar-benar nyata justru waktu usia saya sembilan atau sepuluh tahun. Waktu itu saya memiliki sebuah game bernama Home Design Story. Singkat saja HDS. Itu adalah sebuah game dimana kita dapat merancang sebuah rumah dan mendekorasinya dengan interior. Saya menyukai game itu, karena saya memang menyukai interior sejak kecil. Di game itu ada sebuah tempat bernama Wall. Wall ini fungsinya untuk chatting dengan sesama pengguna. Jadi saya bisa mengobrol dengan user-user lainnya dan saling bertukar ID.

Waktu itu saya pede sekali ngobrol dengan pengguna atau user lain tanpa memberi tahu orangtua saya. Tentu saja dengan kemampuan bahasa Inggris saya yang saat itu sedang-sedang saja alias broken English. Kalau diingat-ingat saya ngawur sekali waktu itu. Namun malah dari situ saya belajar untuk berkomunikasi yang sebenarnya dengan orang asing. Walaupun hanya lewat chatting. Lambat laun saya pun memahami berbagai istilah dan slank dalam bahasa Inggris. Dan saya tidak lagi mengetik tidak jelas.

Saya ingat memiliki banyak teman di HDS. Salah satunya yang paling saya ingat adalah Sara dan Emily. Sarah tinggal di Australia sementara Emily tinggal dan besar di Amerika. Keduanya fasih berbahasa Inggris dan sabar sekali menghadapi broken English saya. Dari mereka saya belajar banyak tentang budaya di luar. Emily bercerita tentang dirinya yang sempat offline dari HDS karena perayaan Thanksgiving. Kami banyak bertukar cerita dan mengobrol dengan yang lain.

Namun hal itu tidak bertahan lama, sekitar setahun kemudian saya hapus HDS karena merasa bosan. Teman-teman saya pun banyak yang berhenti main HDS. Waktu itu Emily dan Sara sudah left dari HDS. Jadi saya sendirian dan merasa bosan dengan karena tidak ada kedua teman saya. Sebenarnya saya pernah dapat ID Musically milik Emily. Iya, saat itu masih jamannya Musically sebelum TikTok merajalela, lol. Sayangnya saya tidak punya Musically. Ketika saya memiliki hp sendiri dan akan men-download Musically, Musically sudah tidak tersedia di Android maupun ios. Yahh..

Namun saya tidak berhenti di sini. Justru setelah bermain HDS, saya merasa lebih fasih dan lebih percaya diri saat menggunakan bahasa inggris. Saya juga bermain Minecraft, yaitu sebuah game dengan akses untuk bermain multiplayer dengan orang dari berbagai negara. Sungguh asyik rasanya membangun sebuah dunia bareng teman-teman saya. Nanti deh saya tulis sendiri sebuah blog tentang Minecraft.

Jepang, Mandarin dan Korea

Selain bahasa inggris. Saya juga ingin menekuni bahasa Jepang, Mandarin dan Korea. Saat ini sih saya lebih fokus ke bahasa Jepang dulu. Saya ingin fokus belajar untuk JLPT (Japanese Language Proviciency Test) karena saya tertarik dengan student exchange di Jepang. Doakan saja ya, hehe.

Saya pertama kali belajar bahasa Jepang waktu berusia sebelas tahun lewat Duolingo. Itu adalah sebuah aplikasi dimana kita bisa belajar banyak bahasa. Lambang duolingo adalah seekor burung hijau yang menyebalkan, sebab ‘burung ijo’ ini tidak jarang mengingatkan saya untuk latihan harian dalam mengisi email saya dengan banyak spam. Dulu sih saya masih belajar sekedar karena bosan. Waktu itu saya cuma tahu cara membaca huruf hiragana. Namun sekarang saya lebih menekuni bahasa Jepang. Karena saya merasa senang saat melakukannya.

Lantas, kenapa belajar Mandarin dan Korea segala?
Saya pikir, mengamati perkembangan ekonomi pada masa ini, tidak ada salahnya untuk belajar Mandarin. Selain itu saya dengar mandarin juga menjadi salah satu bahasa yang sering digunakan masa kini, jadi buat apa tidak saya coba?

Sementara dengan bahasa Korea, saya rasa bahasa Korea melengkapi semua bahasa tersebut. Alasan lain karena saya senang mendengarkan lagu berbahasa Korea dari band-band Korea seperti Day6, dan semacamnya.

Dari ketiga bahasa tersebut, yang paling mudah dipelajari menurut saya adalah Mandarin. Sebab struktur penyusunan kata atau grammar dalam bahasa Mandarin hampir mirip dengan bahasa Inggris. Kalau soal hurufnya, alfabet Hangul (Korea) lah yang paling mudah dipelarajari. Saya hanya butuh satu hari untuk menghafal hangul karena karakternya simpel dan mudah diingat.

Namun jangan salah, mempelajari ketiga bahasa sekaligus tidaklah mudah. Bahasa Jepang memiliki huruf Kanji. Dan Kanji adalah peninggalan bangsa China zaman dahulu sebelum Jepang memiliki huruf sendiri yaitu Hiragana dan Katakana. Jadi banyak huruf kanji yang mirip dengan Mandarin. Dan hal itu malah membuat saya pusing. Maka itu saya memfokuskan diri untuk belajar bahasa Jepang untuk saat ini.

Grammar!

Grammar adalah salah satu bagian paling sulit dalam belajar bahasa. Masalahnya, setiap bahasa memiliki aturan grammar yang berbeda-beda. Kalau struktur kata bahasa Indonesia adalah S-P-O-K, struktur bahasa Jepang adalah S-K-O-P (agar mudah diingat saya membayangkan sekop).

Atau untuk kalimat pendek, penggunaanya adalah S-O-V (Subject + Object + Verb).

Contohnya adalah:
魚お食べます = I eat fish (Sakana o tabemasu)

Simpelnya, kalau dalam bahasa Inggris kita bilang “I eat fish”, dalam bahasa Jepang kita mengucapkannya “I fish eat”.

Dalam bahasa Jepang ada banyak partikel dan kata imbuhan. Dan setiap kata selalu diawali dengan subjek yang dibicarakan lalu diakhiri dengan berbagai macam partikel seperti “-desu” atau “-masu”.

Begitulah sedikit ringkasan tentang grammar dalam Bahasa Jepang. Agak sulit bukan? Menurut penelitian, bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang paling sulit dipelajari oleh orang yang berbahasa inggris karena grammar alias penyusunan katanya jauh berbeda dengan bahasa Inggris.

Cara Termudah untuk Belajar Bahasa

Cara paling mudah untuk belajar bahasa adalah menggunakan buku. Banyak toko buku yang menjual buku-buku yang katanya ‘jitu’ untuk belajar bahasa asing dari nol. Meskipun begitu, haruslah sangat berhati-hati ketika memilih buku. Sebab ada buku yang sangat bagus, menyediakan contoh kalimat, grammar, kata kerja serta penjelasan. Dan ada pula buku yang isinya sama sekali tidak menyenangkan. Cara amannya adalah dengan googling di website. Atau bertanya kepada kenalan yang bisa merekomendasikan buku yang kita inginkan.

Oh ya, saat belajar bahasa, ada bagusnya untuk membeli kamus atau dictionary. Daripada menggunakan google translate, saya lebih suka menggunakan kamus untuk mencari terjemahan. Sebab di dalam kamus ada contoh pemakaian kalimat dan penjelasan. Jadi tidak perlu pusing-pusing dengan terjemahan dari google translate yang tidak selalu benar. Sekali lagi, sangat penting untuk memilih kamus yang bagus dan lengkap.

Selain lewat buku, dengan teknologi masa kini kita bisa dengan mudah belajar lewat ponsel atau laptop. Ada banyak situs yang bisa dijangkau yang menyediakan edukasi untuk belajar bahasa. Setiap bahasa mempunyai situs andalannya sendiri. Saya sih lebih sering pakai quora.com dan jlpt.jp untuk belajar bahasa Jepang.

Selain itu, ada banyak aplikasi yang mendukung edukasi bahasa. Seperti Duolingo, Cake dan lain-lain. Pada dasarnya kita bisa belajar bahasa dimana saja dan kapan saja. Asalkan punya niat dan minat.

Saya juga menganjurkan untuk ikut komunitas atau klub bahasa bila tersedia. Namun dikarenakan masa pandemi sekarang ini, saya masih belum bisa menemukan komunitas bahasa jepang di tempat saya. Maka itu saya sangat buruk dalam hal speaking. Jadi saya berusaha untuk banyak-banyak mendengarkan video berbahasa jepang (bukan anime :v) di youtube untuk membantu perkembangan speaking selama belum ada komunitas.

Apa Manfaatnya Belajar Bahasa?

Manfaatnya tentu saja menambah pengetahuan serta kemampuan untuk berbicara di tempat asing. Dulu waktu kecil saya pernah belajar bahasa Perancis karena terkesan keren. Namun saya tidak melanjutkannya karena saya merasa lebih tertarik dengan kultur dan bahasa Jepang.

Kalau menurut saya yang paling penting adalah bahasa Inggris. Sebab bahasa Inggris adalah bahasa Internasional. Yang kelak akan banyak membantu dalam pekerjaan dan di masa depan. Kalau bisa berbahasa Inggris, juga lebih leluasa untuk mencari informasi dalam bidang apapun sekaligus bisa berbincang dengan lebih banyak orang. Menarik bukan?


Kira-kira itulah pendapat saya tentang bahasa. Saya hampir lupa, orangtua saya sendiri adalah orang Jawa. Karena itu saya juga bisa berbahasa Jawa. Jangan sampai kita melupakan bahasa bangsa kita yang beragam dan berharga ini. Belajar banyak bahasa tentu saja bagus, namun jangan sampai lupa dengan bahasa kita sendiri. Begitu yang diingatkan orangtua saya dulu.

Sekian untuk hari ini. Terima kasih sudah mampir ke blog saya, hehe.

– Sofia K

2020 年 8 月 31日

(NB: Seharusnya saya update blog setiap hari Minggu. Tapi karena lupa jadi baru hari Senin saya post, maafkan^^)

Kategori
Review

Agatha Christie: The Best Of Hercule Poirot

Buku yang saya review kali ini genre misteri. Yaitu kumpulan cerita terbaik tentang Hercule Poirot karangan Agatha Christie. Karena saya memang penggemar misteri, buku ini saya selesaikan dalam kurun waktu tiga hari, hehe. Ada tiga cerita dalam buku ini. Cerita yang pertama berjudul ‘The ABC Murders’ (Pembunuhan ABC). Yang kedua judulnya ‘Five Little Pigs’ (Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ‘Mengungkap Pembunuhan’. Dan cerita yang ketiga atau terakhir, yang disebut orang sebagai karya terbaik Agatha Christie dengan tokoh Hercule Poirot, berjudul ‘Curtain: Poirot’s Last Case’ (Tirai).

Seperti novel detektif dan misteri pada umumnya, cerita-cerita dalam buku ini menceritakan tentang kasus-kasus pembunuhan dan bagaimana cara Poirot memecahkan kasus tersebut.

Gaya Agatha Christie dalam penulisan buku ini jauh berbeda dengan gaya Arthur Conan Doyle sang penulis Sherlock Holmes. Oleh Agatha Christie, Hercule Poirot sendiri merupakan seorang pria tua yang gemar memecahkan kasus. Penanganan kasus dan penyelesaian kasusnya pun agak lama.
Kalau dibandingkan dengan Sherlock Holmes, Holmes sendiri adalah pria yang bisa tergolong masih muda. Dan cara penanganan kasusnya pun sangat cepat.

Tapi saya tetap menyukai kedua penulis tersebut. Bagi para penggemar novel misteri, Sir Arthur Conan Doyle dan Agatha Christie adalah rajanya misteri. Mereka berdua pun memiliki gaya penulisan yang unik. Novel Agatha Christie selalu mengejutkan di akhir ceritanya. Dan novel Sherlock Holmes mungkin terkesan sastra, namun tetap menarik untuk dibaca.

Yang mirip di antara keduanya adalah bahwa tokoh utama dalam buku memiliki sahabat dekat. Holmes bersahabat dengan Dokter Watson dan Poirot bersahabat dengan Kapten Hastings.

Oke, lanjut ke review saya mengenai buku ini. Saya sendiri menyukai kasus kedua yang berjudul _Three Little Pigs_. Dalam kasus ini Poirot harus mencari kebenaran tentang kasus 16 tahun yang lalu. Poirot harus hilir mudik kesana kemari untuk menanyai kerabat dan teman dari korban dalam kasus tersebut. Dan hasilnya membuat saya betul-betul kaget. Saya tidak ingin memberikan terlalu banyak spoiler disini. Jadi untuk lebih lanjut, silahkan beli bukunya di Gramedia, hehe.

Singkatnya, itulah review buku hari ini. Lain waktu saya akan kembali lagi dengan review buku lainnya!

– Sofia

2020 年 8 月 10 日